Selasa, 21 April 2009

Makna Cinta

menurut saya, Cinta itu pada dasarnya adalah untuk saling menyelamatkan, saling melindungi dan membahagiakan diri. Jika kita mencintai diri atau pun orang lain dengan sepenuh hati, itu artinya kita menggantungkan diri pada makhluk yang dengan berbagai kelemahannya belum tentu dapat memberikan semua kebahagiannnya. Oleh karena itu, cinta yang sepenuh hati hanya patut kita berikan pada Sang Khalik yang sudah pasti memberikan respon yang dapat menentramkan hati, karena Dia pasti akan memberikan balasan setimpal bahkan lebih daripada yang kita berikan kepada-Nya.

Firman-Nya ada dalam sebuah hadist qudsi, “Jika dia (hamba-Ku) mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendekat kepada-Ku sedepa, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Mungkin kita beralasan bahwa respon dari sesama makhluk itu dapat terlihat, sedangkan respon dari-Nya tidak bisa terlihat. Misal, kalau kita tertawa kepada seseorang, kita bisa langsung melihat responnya, apakah ia membalas tertawa ataukah malah cemberut.

Well…

Respon dari Allah memang tak dapat terlihat secara kasat mata, namun dapat dirasakan. Nah, untuk dapat merasakannya tentunya seorang hamba mesti benar-benar tulus dalam mencintai-Nya. Sepanjang cinta kita pada-Nya masih terkalahkan oleh cinta kita pada hal-hal lain selain diri-Nya, tentu kita akan sangat sulit merasakan respon itu. Selain itu, kalau yang menjadi ukuran adalah hal-hal yang kasat mata saja, sangat mungkin apa-apa yang terlihat itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam hati atau pikiran. Contohnya saja saat kita tersenyum pada seseorang dan orang lain pun tersenyum, apa kita bisa memastikan bahwa senyumnya itu pun benar-benar tulus? Atau jangan-jangan di balik senyumnya itu dia sangat membenci kita, senyumnya hanya sekedar lips service semata. Sungguh, kita betul-betul tidak tahu apa yang sesungguhnya berada di balik respon yang ditampakkan seseorang. Seperti kata pepatah bilang, “Dalamnya lautan kan kuselami, hati orang siapa yang tahu”.

Sedangkan Allah, Ia Maha Tahu sejauh mana kadar cinta seorang manusia pada diri-Nya. Bahkan, Ia pun tahu sangkaan tiap-tiap hamba-Nya pada diri-Nya. Jadi, respon yang kasat mata tidaklah dapat dijadikan ukuran. Hakikat yang sebenarnya adalah di dalam hati, sesuatu yang amat halus dan lembut, abstrak, tidak berupa dan tidak dapat diraba. Segala tindakan yang dilakukan akan terasa lebih indah bila dilakukan dengan hati. Lain lagi ceritanya kalau hanya dilakukan karena dorongan fisiologis semata.

Senin, 20 April 2009

Cinta & Benci karena Allah

Wajib ats seseorang memprhatikan cinta dan bencinya sendiri serta kadar keduanya apakah ia sesuai dngan perintah Allah dan rasulnya yait petunjknya yg diturunkan kpd Rasulnya dmn ia diperhatikan dngn cinta dn bencinya itu ia tdk mndahului Allah dn Rasulnya,dngn ini Allah brfirmn yg artinya:
"hai orng2 yg briman jnganlah km mndahulului Allah dn Rasulnya dan taqwalah kpd Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui"(QS.49:1)
Siapa yg cinta at benci seblm diperintah oleh Allah,mk ia mndahuliu Allah dn Rasulnya.Semata2 cinta dn benci mrpkn hawa nafsu.Tetapi yg diharamkan adalah mengikuti cinta dan bencinya tanpa petunjuk dr allah.
Oleh krn itu dalm alqur'an allah brcerita tntang firmannya kpd Nabi Daud:
"...dan jngnlah km ikuti hawa nafsu,karena ia akan menyesatkan km dr jalan allah. Sesungguh'y orang2 yg sesat dr jalan allah akn mendapat siksa yg berat..."(Q.S.38:26)
Allah m'mberitahukan,siapa yg menghikuti hawa napsu-Nya maka ia akan tersesat dr jalan allah.jalan allah petunjukNya, dimana ia mengutus Rasul-Nya,yaitu jalan menuju Allah.

Sabtu, 11 April 2009